TERNATE - Bentuk kecintaan warga terhadap Rajanya alm Sultan Babullah, ribuan masyarakat Kota Ternate, Sabtu (14/11/2020) siang menyambut dan mengarak plakat anugrah Pahlawan Nasional dengan berjalan kaki sepanjang 4,2 kilometer dari Bandara Babullah hingga Kedaton Sultan Ternate di Salero. Bagaimana kisah perjuangan sang penakluk 72 Pulau dengan strateginya tersebut. Berikut laporan jurnalis Suara Indonesia.co.id Aprilia Uci Handayani
Keberanian Sultan Babullah yang berjasa mengusir bangsa Portugis pada masa pemerintahanya antara tahun 1570 hingga 1583 membuat dirinya dianugrahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Ribuan warga Kota Ternate pria, wanita, tua, muda, anak-anak sepanjang jalan Akehuda, Dufa-dufa, Toloko hingga Kedaton Kesultanan Ternate antusias menyambut kedatangan plakat pahlawan nasional. Sambutan berupa iringan musik khas Ternate dan tarian Soya-sofa serta tarian cakalele (tarian perang) sepanjang jalan.
Ia dianggap sebagai Sultan agung dalam sejarah Ternate dan Maluku karena keberhasilannya mengusir penjajah Portugis dari Ternate dan membawa kesultanan tersebut kepada puncak kejayaannya diakhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dikenali dengan gelar Penguasa 72 Pulau wilayah kekuasaannya di Indonesia timur. Sultan Baabullah lahir pada 10 Februari 1528. Ia merupakan putra dari Raja Ternate Sultan Khairun memiliki strategi untuk mengusir bangsa Portugis kala itu setelah Portugis membunuh sang ayah yang merupakan Sultan sebelum dirinya.
Usai mengusir penjajah Portugis dari Ternate, Sultan Baabullah membawa Kesultanan Ternate menjadi sentral perdagangan cengkih di kepulauan Maluku. Tahun 1579 hingga 1580, Kesultanan Ternate bahkan mampu menjalin hubungan perdagangan internasional, salah satunya kerjasama dengan Kerajaan Inggris.
Direktur Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial (K2KRS) Kementerian Sosial (Kemensos) Joko Irianto mengatakan proses pengusulan gelar pahlawan terhadap Sultan Babullah tidak singkat. Mulai dari proses verifikasi berkas, peneltian dan kajian mendalam.
“Atas pertimbangan kementrian sosial mengusulkan 20 calon gelar pahlawan kepada presiden, namun hanya enam orang yang disetujui diantaranya Sultan Babullah yang juga merupakan gelar pahlawan pertama di Maluku Utara,” terangnya di pendopo Kesultanan Ternate kepada sejumlah undangan.
Di usia yang sangat muda, ia dipercaya mengemban jabatan Kapita Laut, sebuah jabatan militer tertinggi dalam struktur Kerajaan Ternate. Malang melintang di dunia militer kerajaan dan turut serta dalam peperangan melawan Portugis, ia pun akhirnya diangkat sebagai Sultan Ternate menggantikan sang ayah. Ketika itu, ayahnya dibunuh atas perintah Gubernur Portugis di Maluku Diego Lopez de Masquita. Sultan Khairun dibunuh saat hendak menghadiri perjamuan damai yang diprakarsai de Masquita. Namun, ternyata perjamuan tersebut adalah tipuan. Setibanya di markas Portugis, Sultan Khairun dibunuh atas perintah de Masquita.
Di luar kepulauan Maluku, Sultan Baabullah dianggap sebagai tokoh pemersatu sehingga tak sedikit kerajaan nusantara memilih bernaung di bawah Kesultanan Ternate. Perwakilan Kesultanan yang disebut Sangaji hadir di berbagai daerah, dari Jawa, Sumatera, hingga Papua. Adapula di Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, hingga di wilayah Timor Leste.
Keberaniannya mengepung Benteng Gamlamo dengan kekuatan 2000 armada kapal dan 120 ribu tentara Sultan Baabullah mengirim 5 kora-kora berisi 500 prajurit ke Ambon 1570-1571 dan Sultan Baabullah berlayar ke Buton untuk mencari orang-orang Portugis 1571-1575 kala itu.
Ahli waris pangeran Hidayat Mudaffar Syah mengatakan anugrah pahlawan yang didapat saat ini telah melalui proses panjang.
“Sultan Babullah dijuluki Penguasa dari timur 72 negara. Setiap strategi pemerintahan kekuasaan menerapkan sistim pemerintahan federal. Dengan membuka hubungan dagang sistim upeti yang harus diantar ke Ksultanan Ternate. Ini merupakan cita-cita almarhum Ayahanda Mudaffar Syah.” Jelasnya.
Walikota Ternate, Hi Abdurrahman mengatakan Sultan babullah adalah orang yang menghargai hak asasi manusia dan rasa toleransi yang tinggi di masa kekuasaannya.
“Bisa dibayangkan ayahnya dibunuh namun tidak balas dendam dengan pertumpahan darah, beliau mengantarkan Portugis keluar sampai batas wilayah kesultanan Ternate. Ini menunjukkan rasa hak asasi sangat tinggi dan harus dijadikan teladan bagi generasi generasi Sultan Babullah. Saya bersyukur alhamdulilah tekad yang kuat pengusulan menjadi Pahlawan Nasional disetujui Presiden RI Jokowi.” Paparnya saat memberi sambutan di kedaton kesultanan Ternate.
Dalam sejarah tertulis usai mengusir penjajah Portugis dari Ternate, Sultan Baabullah membawa Kesultanan Ternate menjadi sentral perdagangan cengkih di kepulauan Maluku. Tahun 1579 hingga 1580, Kesultanan Ternate bahkan mampu menjalin hubungan perdagangan internasional, salah satunya kerjasama dengan Kerajaan Inggris.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : |
Editor | : |
Komentar & Reaksi